Rabu, 03 September 2008

3 Buku dari Makassar Koleksi Baru NEMU Buku - Resensi


Semuanya buku syair, terbitan tahun 2008. Yang pertama, buku Syair Perang Mengkasar. Karya lama dari judul asli “Sja’ir Perang Mengkasar: the Rhymed Chronicle of the Macassar War.” Naskah yang ditulis oleh Enci’ Amin, juru tulis Sultan Hasanuddin ini disunting oleh C. Skinner pada 1963 dan diterbitkan oleh KITLV (Koninklink Instituut voor Taal Land en Volkenkunde). Karya sastra yang menuturkan peristiwa-peristiwa sejarah perang Makasar dan penyebab runtuhnya kekuasaan kerajaan Gowa.


Yang kedua adalah 2 buku baru, kumpulan sajak 2 penyair Makassar yang jejak karya-karya mereka sudah sering dipublikasikan dalam beberapa antologi sajak dan media cetak. Buku Aku Hendak Pindah Rumah karya M. Aan Mansyur, dan buku Bahaya Laten Malam Pengantin karya Aslan Abidin.


Dua buku sajak yang setara dalam ke-aku-an, namun dengan rasa yang berbeda. Pada Aan peristiwa-peristiwa ke-aku-an berasa sendu, hikmat. Kata Ibu akan seringkali kita jumpai dalam buku ini. Ibu, seolah menjadi medium puitik penyair untuk merangkum, menjelaskan segala hal: waktu, ruang, kampung halaman, kritik-sosial, kedirian. Seperti Celana bagi Joko Pinurbo, atau Sukab bagi Seno Gumira Ajidarma. Mungkin. Simak sepotong sajak Aan buat Sang Ibu berikut ini:


Dan di dalam mataku yang terluka

selalu aku saksikan matamu terbuka

menampung seluruh langit yang nila

langit yang jauh dari musim hujan

langit yang meminta kita tiduran

di padang rumput sambil bercerita

(Safinah, halaman 40)


Judul provokatif pada kumpulan sajak Aslan Abidin secara eksplisit membenarkan asosiasi kita pada satu hal: seksualitas. Dalam Bahaya Laten Malam Pengantin, sajak-sajak Aslan, seperti kata kritikus sastra Katrin Bandel sebagai karya yang tidak menyampaikan nilai moral tunggal, entah pesan bahwa seksualitas harus dibebaskan, atau sebaliknya harus dikekang. Pada sajak Puncak, Agustus, 2002 (halaman 72), amatan Aslan dari landskap Puncak (Bogor) tentang ironi kemerdekaan dan perempuan pelacur disyairkan, ”dan dengan ujung kemih yang menyesak / beku dihulu zakar, / aku bayangkan kau berbisik: / ’dirgahayu republik indonesia.’”


3 dari buku itu terasa sebagai nadi kebudayaan di kota Makassar yang berdenyut. Saya berkesempatan hadir bertepatan ketika buku kumpulan sajak Aslan Abidin didiskusikan dengan santai dan mengasyikan di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan (Societeit de Harmonie) pada malam tanggal 29 Agustus. Sebagian dari denyut itu dipelihara oleh para pemangku kepentingan kerja-kerja kreatif seni dan budaya yang menerbitkan 3 buku yang saya bawa pulang ke kampung halaman, Palu. Mereka berhimpun dalam komunitas-komunitas yang bergiat didunia buku dan literasi. 2 buku (Syair Perang Mengkasar dan Bahaya Laten Malam Pengantin) diterbitkan oleh Penerbit Ininnawa.


Buku Aku Hendak Pindah Rumah diterbitkan oleh Penerbit Nala Cipta Litera, Makassar. Koleksi lainnya (Setapak Salirang, Kumpulan Cerpen dari Sulawesi Selatan, Editor Puthut EA, Insist Press, April 2006) komunitas ini juga dimiliki oleh Perpustakaan Mini NEMU Buku.

Senin, 19 Mei 2008

Buku Baru di NEMU Buku - Resensi


Awalnya karena profil Irshad Manji yang ditampilkan harian Kompas (04/05/08), berhubungan dengan kedatangannya ke Indonesia. Buku yang sebenarnya sudah lama terbit (2003). Di Indonesia diterbitkan oleh Nun Publisher pada Aprill 2008. Dalam profil itu diinformasikan bahwa pemikiran-pemikirannya yang dibukukan dan juga sudah dialih-bahasakan ke bahasa Indonesia itu dapat diakses melalui website personalnya di irshadmanji.com

9 bab yang mengalir. Manji mengurai pemikirannya dengan pendekatan-pendekatan historis, juga dengan pengalaman empiriknya. Dengan gaya bertutur, kritik-kritik manji terasa begitu membumi. Poin penting dari buku itu adalah pada isu ijtihad, berpikir kritis yang menurut Manji memiliki tradisi panjang dalam Islam dan Manji memberikan konteks relasinya dengan isu global, keadilan. Sepenggal wawancara Manji dalam profil itu, "Bayangkan, 1.000 tahun lalu, seorang Muslim mengakui hal itu. Di mana kita saat ini? Itu sebabnya bukan Islam yang harus berubah, tetapi umat Islam harus memiliki keberanian untuk bangkit ke semangat terbaik Islam, ijtihad, yang sudah ada dalam tradisi Islam."

Komentar-komentar tentang buku:

"Saya kini sedang menikmati buku Irshad Manji, The Trouble with Islam Today. Dia bukan seorang sarjana muslim. Tapi dengan jujur dia telah mengungkapkan sesuatu yang dirasakan seorang muslim tentang Islam yang "dipraktekkan" dalam masyarakat. Saya mendapat banyak pelajaran dari buku ini, sebab pengarangnya adalah sedikit di antara muslimah yang berani melontarkan "suara lain" (Ulil Abshar Abdala, Aktivis Jaringan Islam Liberal, islamlib.com)

" Dalam buku kontroversial ini, Irshad Manji memaparkan kelemahan Islam yang paling mendasar: terorisme atas nama agama, kebencian berlebihan terhadap umat lain, dan pengkultusan Al-Quran. Namun, buku ini menggali lebih dalam lagi, menawarkan visi reformasi Islam yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Manji ingin menghidupkan kembali "tradisi ijtihad", yang hilang selama ratusan tahun dari peradaban Islam." (bismikabooks.com)

" “Sebuah buku berani yang ditulis oleh seorang muslimah yang tidak takut mati!” (Lola Amaria, Aktris)

Kamis, 10 April 2008

Buku Baru di NEMU Buku - Resensi

Judul Buku : Sebelas Menit
Penulis : Paulo Coelho
Genre : Fiksi
Penerbit : Gramedia Pustaka |Utama
Halaman : 360
Terbit: Desember 2007

Petualangan Maria, gadis Brazil yang coba membangun impiannya di Swiss. Disana, Maria memahami dirinya yang tak lagi percaya pada cinta, pada impiannya, karena takdir membawanya menjadi pelacur, sekalipun pada akhirnya ketidakpercayaan itu mengarah ke konflik cerita yang mengasyikkan, Maria bertemu "cinta" dari seorang pelukis. Lewat tokoh Maria, Paulo Coelho, sang pengarang yang dikenal sebelumnya lewat karya besarnya, The Alchemist, menantang kita memahami perdebatan-perdebatan internal psikologis manusia, kali ini lewat seorang pelacur. 11 menit adalah metafor lain dari durasi orgasme laki-laki, metafora bagi waktu singkat yang tidak dialami oleh Maria sebagai pelacur, juga pada waktu dunia yang sejenak jenaka.